Sinyal Tak Bahagia Pria Menurut Psikologi: Jauhi Keheningan hingga Mudah Tersinggung
Depok, Stapo.id - Kebahagiaan pada pria seringkali disalahpahami, dengan banyak yang tampak baik-baik saja di luar namun menyimpan kelelahan emosional yang mendalam. Psikologi menunjukkan bahwa ketidakbahagiaan pria jarang muncul sebagai keluhan terbuka atau tangisan, melainkan tersembunyi dalam pola perilaku halus yang kerap dianggap normal atau bahkan “sifat lelaki”. Pria yang paling menderita sering tidak menyadari bahwa kebiasaan mereka adalah sinyal dari luka batin.
Dilansir dari kajian psikologi, terdapat delapan perilaku utama yang secara subtil menunjukkan bahwa seorang pria sedang sangat tidak bahagia. Perilaku ini seringkali berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri saat mereka kesulitan memproses atau mengakui emosi negatif yang terpendam. Salah satu tanda utamanya adalah emotional withdrawal, di mana pria hadir secara fisik di lingkungan sosial atau rumah, tetapi menjauh secara emosional. Respons mereka menjadi singkat, percakapan terasa datar, sebab emosi dianggap sebagai beban tambahan yang tak sanggup lagi mereka pikul.
Selain itu, ketidakbahagiaan yang ditekan sering berubah menjadi iritabilitas tinggi. Mereka menjadi cepat marah, defensif, atau sinis terhadap hal-hal sepele. Menurut psikologi, amarah ini bukan kemarahan murni, melainkan ekspresi stres emosional yang tidak tersalurkan, di mana amarah menjadi “bahasa aman” yang lebih diterima secara sosial ketimbang mengakui keputusasaan.
Mekanisme penghindaran juga umum terlihat melalui kesibukan berlebihan (over-scheduling) atau terus mencari distraksi. Kesibukan ini menjadi pelarian, karena pria yang tidak bahagia kerap takut pada keheningan di mana mereka harus berhadapan dengan pikiran dan perasaan sendiri. Tanda lain yang signifikan adalah kehilangan minat pada hal yang dulu disukai (anhedonia) dan kesulitan mengungkapkan perasaan, bahkan pada diri sendiri (alexithymia). Kedua sinyal ini menunjukkan bahwa sistem emosi mereka sedang kelelahan dan terputus.
Ironisnya, pria yang tidak bahagia seringkali juga menjadi kritikus paling kejam bagi dirinya sendiri, merasa tidak cukup baik, dan cenderung menghindari percakapan mendalam karena berisiko membuka luka yang disimpan rapat. Meskipun dikelilingi banyak orang, mereka tetap mengalami kesepian emosional karena merasa tidak benar-benar dipahami. Memahami perilaku ini adalah kunci untuk membuka ruang empati, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar, agar mereka merasa aman untuk menjadi manusia seutuhnya.
FAQ:
1. Apa itu emotional withdrawal pada pria?
Emotional withdrawal adalah kondisi di mana pria hadir secara fisik di lingkungan sosial atau rumah, tetapi menjauhkan diri secara emosional, responsif singkat, dan kurang menunjukkan empati.
2. Mengapa pria yang tidak bahagia menjadi sangat iritabel?
Iritabilitas muncul karena ketidakbahagiaan dan stres emosional yang ditekan tidak tersalurkan. Amarah menjadi ekspresi "aman" yang lebih dapat diterima secara sosial daripada mengakui kesedihan.
3. Apa hubungan antara kesibukan berlebihan dan ketidakbahagiaan?
Kesibukan yang tiada henti dapat menjadi mekanisme penghindaran diri (self-avoidance) agar pria tidak perlu berhadapan dengan pikiran dan perasaan negatifnya sendiri saat berada dalam keheningan.
.jpg)