Perebutan Proyek PLTN Pertama RI: Rusia, Korsel, dan Kanada Saling Sikut
Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.
Depok, Stapo.id - Indonesia kini menjadi sorotan global setelah tiga negara besar, yaitu Rusia, Korea Selatan, dan Kanada, secara aktif menawarkan teknologi mereka untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di tanah air. Proyek ambisius ini ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2032, menandai langkah serius Indonesia dalam transisi energi. Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, sedang mengevaluasi penawaran ini dengan fokus utama pada efisiensi, besaran investasi yang dibutuhkan, dan daya saing harga listrik yang akan dihasilkan.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menegaskan bahwa kriteria pemilihan mitra sangat ketat. "Kami akan melihat dari sisi pembangunan PLTN mana yang lebih efisien dan kompetitif, serta dari sisi hasil listrik yang dihasilkan," ujar Yuliot, dikutip di Jakarta, Sabtu (13/12/2025). Keputusan ini semakin mendesak setelah Presiden Rusia Vladimir Putin secara langsung menyatakan kesiapan negaranya membantu pengembangan energi nuklir Indonesia saat bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Kremlin, menandakan dukungan politik tingkat tinggi dari salah satu pesaing utama.
Namun, sebelum proyek fisik dimulai, pemerintah wajib menyelesaikan tahapan regulasi sesuai persyaratan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Saat ini, finalisasi Peraturan Presiden mengenai pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) sedang berlangsung. Draf Perpres ini telah rampung harmonisasi dan menunggu proses pengundangan. Setelah diterbitkan, dokumen tersebut akan diajukan ke IAEA untuk mendapatkan persetujuan NEPIO, yang menjadi izin kunci sebelum pembangunan fisik dilaksanakan.
Dalam peta jalan yang disusun hingga 2034, Indonesia berencana mengembangkan total kapasitas 500 MW, dengan fokus awal masing-masing 250 MW di Sumatra dan Kalimantan. Teknologi yang dipertimbangkan mencakup reaktor modular kecil (Small Modular Reactor/SMR) berkapasitas sekitar 250 MW hingga reaktor skala besar dengan kapasitas mencapai 1,4 gigawatt. Pengembangan PLTN adalah strategi krusial untuk mencapai target Net Zero Emission 2060, di mana porsi energi nuklir diproyeksikan mencapai 12,1 persen dalam bauran energi nasional pada tahun 2060. Indonesia tercatat memiliki 29 lokasi potensial untuk pengembangan PLTN, tersebar luas dari Sumatra Utara hingga Papua Selatan, menunjukkan kesiapan lokasi untuk proyek strategis nasional ini.
FAQ:
1. Kapan PLTN pertama Indonesia ditargetkan beroperasi?
PLTN pertama Indonesia ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2032.
2. Negara mana saja yang bersaing menawarkan teknologi nuklir kepada Indonesia?
Tiga negara yang bersaing adalah Rusia, Korea Selatan, dan Kanada.
3. Apa syarat utama dari IAEA sebelum proyek fisik PLTN dimulai?
Pemerintah harus memfinalisasi dan mendapatkan persetujuan dari IAEA terkait Peraturan Presiden tentang pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO).
Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.
.jpg)