Mendiktisaintek : Sains Tidak Boleh Eksklusif!
Depok, Stapo.id - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan perlunya perubahan paradigma dalam pengembangan sains dan teknologi nasional. Dalam acara “REPORTOAR 2025: Refleksi dan Arah Pengembangan Sains dan Teknologi" yang berlangsung di Graha Kemdiktisaintek pada Sabtu (20/12), Menteri Brian menyatakan bahwa riset tidak boleh lagi sekadar berorientasi pada pencapaian angka, melainkan harus fokus pada kebermanfaatan nyata bagi masyarakat luas.
Melalui Program Semesta, kementerian bertekad membangun ekosistem di mana teknologi tidak lagi berjarak dari kehidupan sehari-hari. Mendiktisaintek menekankan bahwa "Sains tidak boleh eksklusif, teknologi harus dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan pengetahuan tidak boleh tumbuh meninggalkan masyarakat." Tantangan terbesar yang disoroti adalah "Lembah Kematian" (Death Valley) inovasi, di mana prototipe riset sering kali gagal bertransformasi menjadi produk komersial. Brian Yuliarto mendorong hilirisasi riset guna menekan ketergantungan impor dan memperkuat kedaulatan bangsa.
Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek), Ahmad Najib Burhani, melaporkan capaian signifikan program tersebut. Kolaborasi strategis telah menghasilkan 137 poster dan produk inovasi yang dipamerkan dari berbagai skema seperti In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, dan Berdikari. Inovasi unggulan yang disoroti antara lain Ecopeat-ATMI dari Politeknik ATMI Surakarta serta Otomatisasi Circular Farming berbasis IoT untuk lahan kering di NTT oleh Politeknik Negeri Kupang.
Lebih lanjut, 100 karya terbaik dari program Berdikari akan dirangkum dalam bentuk buku untuk memudahkan akses publik. Dirjen Najib menjelaskan, "Seratus kisah itu memperlihatkan bahwa sains dan teknologi menemukan makna sosialnya, bukan sekadar simbol kemajuan." Untuk memastikan arah kebijakan ini tercapai, Ditjen Saintek juga meluncurkan inisiatif baru bernama Suryakanta, alat ukur dampak perguruan tinggi. Melalui Suryakanta, fokus kinerja akan bergeser dari menghitung jumlah riset menjadi mengukur seberapa besar manfaat riset tersebut dirasakan oleh masyarakat luas. Acara ini ditutup dengan kehadiran tokoh inovasi global, Anil K. Gupta dari Honey Bee Network India, yang berbagi pengalaman dalam membangun ekosistem teknologi berbasis komunitas.
FAQ:
FAQ:
1. Apa fokus utama Mendiktisaintek dalam pengembangan sains dan teknologi?
Fokus utama adalah menggeser orientasi dari pencapaian metrik angka riset menuju kebermanfaatan nyata dan hilirisasi produk untuk masyarakat.
2. Apa itu 'Lembah Kematian' (Death Valley) inovasi yang disoroti Menteri Brian?
Lembah Kematian adalah tahapan kritis di mana prototipe hasil riset gagal bertransformasi menjadi produk komersial, menyebabkan riset hanya berhenti di laboratorium.
3. Apa fungsi inisiatif baru bernama Suryakanta?
Suryakanta adalah alat ukur yang diperkenalkan Ditjen Saintek untuk mengukur dampak perguruan tinggi, khususnya seberapa besar manfaat riset dirasakan oleh masyarakat luas, bukan hanya jumlah riset yang dihasilkan.
Sumber: https://dikti.kemdikbud.go.id/news/article/mendiktisaintek-sains-dan-teknologi-harus-menjawab-persoalan-nyata-masyarakat
