Lonjakan Diagnosis ADHD Global: Apakah Kesadaran Meningkat atau Terjadi Overdiagnosis?
Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.
Depok, Stapo.id - Tingkat diagnosis Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) di seluruh dunia mencatat lonjakan signifikan, memicu perdebatan mengenai penyebab sebenarnya di balik peningkatan tersebut. Menurut otoritas kesehatan Amerika Serikat, 11% anak-anak Amerika tahun lalu pernah didiagnosis ADHD, angka tertinggi yang pernah tercatat. Tren serupa terlihat di Inggris, di mana tingkat diagnosis baru berlipat ganda pada anak laki-laki dan berlipat empat pada anak perempuan selama dua dekade terakhir.
Jurnal akademik internasional ternama, Nature, baru-baru ini menganalisis fenomena ini, menyimpulkan bahwa peningkatan diagnosis sebagian besar disebabkan oleh kesadaran publik yang semakin tinggi. Ketika masyarakat lebih sadar akan gejala ADHD, lebih banyak orang yang mencurigai diri mereka atau anak mereka memiliki kondisi tersebut dan mencari evaluasi medis. Seorang ahli neurologi anak di Ohio Rainbow Children’s Hospital menjelaskan bahwa lonjakan ini bukan murni karena peningkatan kasus, tetapi lebih karena perubahan kesadaran dan kriteria diagnostik.
Namun, sejumlah pakar menyuarakan kritik tajam terkait potensi overdiagnosis. Profesor Steven Hinshaw dari UC Berkeley menyoroti bahwa banyak kasus menerima diagnosis ADHD hanya setelah konsultasi daring singkat 15 hingga 20 menit, memperingatkan bahwa diagnosis yang buruk atau berlebihan mungkin sedang meningkat. Nature juga mencatat bahwa kriteria usia untuk timbulnya gejala telah dilonggarkan, dari 7 menjadi 12 tahun, serta penyesuaian standar diagnosis untuk orang dewasa, yang secara efektif memperluas populasi pasien yang memenuhi syarat.
Meskipun tingkat diagnosis melonjak, para ahli berpendapat bahwa prevalensi ADHD yang sebenarnya—proporsi populasi yang terkena dampak—relatif stabil, berkisar 5,4% pada anak-anak dan 2,6% pada orang dewasa, angka yang mirip dengan satu hingga dua dekade lalu. Karena diagnosis tradisional sangat bergantung pada wawancara dan observasi yang rentan terhadap interpretasi dokter, para ilmuwan kini fokus mencari "biomarker" yang lebih objektif. Para peneliti berupaya menemukan indikator berbasis darah, pencitraan otak, dan sinyal gelombang otak. *Nature* memprediksi bahwa jika diagnosis berbasis biomarker diterapkan secara luas di masa depan, identifikasi ADHD akan lebih akurat dan memungkinkan pengobatan yang lebih terpersonalisasi.
FAQ:
1. Berapa prevalensi ADHD saat ini?
Prevalensi global ADHD diperkirakan stabil sekitar 5,4% pada anak-anak dan 2,6% pada orang dewasa, meskipun tingkat diagnosis meningkat.
2. Mengapa tingkat diagnosis ADHD melonjak?
Peningkatan ini didorong oleh kesadaran publik yang lebih tinggi, perubahan kriteria diagnostik (seperti relaksasi batas usia), dan potensi overdiagnosis.
3. Apa itu biomarker dalam diagnosis ADHD?
Biomarker adalah indikator objektif (seperti tes darah, pencitraan otak, atau sinyal gelombang otak) yang dicari para ilmuwan untuk mendiagnosis ADHD lebih akurat, menggantikan metode wawancara subjektif.
Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.
.jpg)