IOH: Kerugian Akibat Penipuan Siber Jauh di Atas Rp 11 Triliun, Dipicu Kecanggihan AI
Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.
Jakarta, Stapo.id - Chief Legal & Regulator Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), Reski Damayanti, menyoroti peningkatan drastis dalam kompleksitas dan kerugian finansial akibat penipuan siber (scam) di Indonesia. Menurutnya, kerugian aktual yang dialami masyarakat jauh melampaui angka yang dilaporkan karena banyak korban yang enggan melapor.
Berbicara dalam panel "Strengthening Scam Resilence Through Cross Sector Collaboration" di GSMA Digital Nation Summit, Reski menjelaskan bahwa modus penipuan telah berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI).
"Kami melihat kecanggihannya. Dari surat sederhana, kini orang dapat benar-benar menggunakan teknologi seperti AI. Mereka dapat meniru suara, bahkan wajah [deepfake]," ujar Reski di Mandarin Oriental Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Ia menyebutkan, data yang dilaporkan, merujuk pada laporan OJK di Indonesia, menunjukkan kerugian akibat scam mencapai Rp 11 triliun. Namun, survei yang dilakukan IOH menunjukkan gambaran yang lebih besar.
"Faktanya adalah banyak orang tertipu tetapi mereka tidak ingin melaporkannya," katanya. "Untuk survei kami, 60% orang yang benar-benar tertipu melaporkan bahwa 45% di antaranya berpikir itu tidak akan terjadi [tidak akan ada tindak lanjut]." Reski menambahkan bahwa laporan lain menunjukkan kerugian sebenarnya adalah "actually 45% than that [lebih besar dari yang dilaporkan]."
Mengingat sifat penipuan yang semakin terkonstruksi dan melibatkan berbagai sektor—mulai dari media sosial hingga pembayaran—Reski menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi sangat esensial.
"Scam sebenarnya merupakan konstruksi. Anda tidak bisa mengatakan, 'Oh, itu hanya media sosial,' atau, 'Itu hanya pembayaran.' Itu sebenarnya konstruksi," jelasnya. "Jadi, saya pikir kolaborasi sangat penting. Kita tidak bisa berdiam diri, dan itulah faktanya."
***
FAQ:
1. Bagaimana tren penipuan siber saat ini?
Penipuan kini sangat canggih dan evolusioner, menggunakan teknologi AI untuk meniru suara dan wajah (deepfake), jauh melampaui modus penipuan sederhana di masa lalu.
2. Berapa estimasi kerugian yang dilaporkan di Indonesia?
Data yang dilaporkan (merujuk laporan Ojek online) menunjukkan kerugian finansial akibat scam mencapai Rp 11 triliun, namun survei IOH menunjukkan kerugian aktual jauh lebih tinggi.
3. Mengapa kolaborasi lintas sektor dianggap penting?
Kolaborasi sangat esensial karena penipuan (scam) merupakan "konstruksi" yang melibatkan berbagai aspek, termasuk platform media sosial, teknologi, dan sistem pembayaran. Selain itu, kolaborasi diperlukan untuk mengatasi rendahnya tingkat pelaporan korban.
Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.
