BRI Tech Talk Apresiasi Talenta IT dan Ungkap Arah Transformasi Digital Menuju Indonesia Emas 2045

Pradahlan Sindu Mardiko - Penulis

Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.



Depok, Stapo.id – BRI Tech Talk: Tech Behind The Product yang digelar di BRILian Stadium Jakarta pada 9 Desember 2025 menjadi panggung kolaborasi dan apresiasi bagi para profesional IT yang berkontribusi di balik sistem digital perbankan terbesar di Indonesia. Acara yang diinisiasi oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bekerja sama dengan Tech in Asia ini menghadirkan beragam sesi pemaparan dan diskusi panel yang menyoroti inovasi, keamanan data, pengembangan arsitektur teknologi, hingga kesiapan talenta teknologi menghadapi era kecerdasan buatan (AI).

Acara dibuka dengan sambutan Shinta Indriyaty, Executive Vice President, Head of IT Strategy & Enterprise Architecture Group BRI, yang menegaskan bahwa keberhasilan ekosistem digital perbankan tidak lahir dari teknologi semata, melainkan dari kerja keras para profesional di balik layar. Shinta menekankan bahwa kontribusi mereka menghadirkan apa yang disebut sebagai “peace of mind” bagi nasabah saat bertransaksi.

“Masyarakat bisa menikmati aplikasi yang canggih karena ada Anda semua di ruangan ini. Transaction success, keamanan data, dan system availability itu adalah karya Anda,” ujar Shinta. Ia mengajak para peserta untuk terus berkolaborasi dan belajar untuk menguatkan fondasi digital Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.

Sesi berikutnya menghadirkan paparan dari Faizudin Al Hamawi, Departemen Head of Business & Application Architecture BRI, yang menguraikan bagaimana BRI mengadopsi Platform Engineering (PE) untuk mempercepat pengembangan aplikasi. Konsep ini menghadirkan Internal Development Platform (IDP) berisi komponen, layanan, dan tool terstandarisasi sehingga developer dapat meminimalkan beban tugas non-coding.

Menurut Faizudin, tantangan terbesar selama ini adalah besarnya waktu yang dihabiskan developer untuk menyiapkan infrastruktur. “Dengan PE, kami ingin mengurangi cognitive load para developer. Mereka harusnya fokus ke pengembangan fitur, bukan hal-hal administratif,” jelasnya. Mengutip riset Gartner, ia menyebut bahwa 80% organisasi rekayasa perangkat lunak diprediksi menerapkan PE pada 2026, dan BRI sudah lebih dahulu mempercepat langkah menuju sana.

Selain PE, pembahasan mengenai arsitektur perbankan inti juga menjadi perhatian. Dalam sesi bertajuk Optimizing Core Banking Architecture to Unlock Digital Product Agility, BRI memaparkan kapasitas sistem inti yang saat ini melayani 216 juta pengguna dan 350 juta rekening. Transaksi harian rata-rata mencapai 150 juta transaksi dengan puncak beban mencapai 42 ribu transaksi per detik (max TPS). Seluruh layanan diupayakan mencapai tingkat ketersediaan 100 persen dengan waktu end of day yang diselesaikan kurang dari tiga jam.

Diskusi panel BRI Tech Talk juga menyoroti isu strategis perkembangan AI, termasuk risiko Shadow AI—penggunaan alat AI yang tidak terdaftar atau tidak mendapat persetujuan dari tim IT perusahaan. Panelis yang hadir meliputi Andika Rachman (Department Head AI/ML BRI), Giovanni Sakti (Senior Staff Engineer Relay Commerce), dan Ahmad Shahab (Senior Engineering Manager Xendit).

Andika menegaskan bahwa sektor perbankan memiliki batasan tegas terkait penggunaan teknologi baru, mengingat adanya kepatuhan ketat terhadap regulasi BI dan OJK. “Kalau yang tidak boleh, jangan dikerjakan. Kita sangat regulated. Setiap kesalahan ada konsekuensinya,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa BRI memiliki tim inovasi terpisah yang mengembangkan model AI secara isolated, tanpa menyentuh data nasabah inti.


Dalam diskusi lain mengenai prioritas teknologi, Andika menyatakan bahwa AI hanyalah komponen dan bukan prioritas utama jika infrastruktur inti belum optimal. “AI just components. Kita tidak bisa berjalan tanpa infrastructure yang benar,” tegasnya.

Giovanni Sakti menambahkan perspektif tentang akselerasi talenta muda. Menurutnya, ROI terbaik untuk junior programmer saat ini terletak pada keberanian untuk membangun banyak proyek dan memanfaatkan AI sebagai alat feedback cepat sebelum mengirimkan pull request. “Build as many things as possible, dan selalu minta review ke AI. Itu cara tercepat untuk naik level,” ujarnya.

Rangkaian sesi yang juga berisi panel discussions, pemaparan produk digital, hingga closing remarks mencerminkan komitmen BRI dalam memperkuat pondasi teknologi yang andal dan aman, sekaligus mendorong inovasi yang terukur. Melalui BRI Tech Talk 2025, bank terbesar di Indonesia ini menegaskan bahwa masa depan digital tidak hanya ditentukan oleh teknologi, tetapi juga oleh ekosistem talenta dan budaya kerja yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.

Bottom Ad [Post Page]

Iklan ini berasal dari platform publisher eksternal dan dimuat berdasarkan preferensi (cookies) pembaca. Mohon kebijaksanaan dalam menyikapi iklan yang muncul.

Kabar

Bisnis

Memuat berita Bisnis...

Insight

Invest

Stafriends

Memuat karya Stafriends...

Otomotif

Tech